Bagaimana Agronomist Bisa Menjadi Storyteller untuk Meningkatkan Kepercayaan Petani?
Oleh Alexander Wijayanto & Andri Gunawan
Meningkatkan adopsi inovasi pertanian melalui pendekatan
berbasis narasi
Dalam industri pertanian, agronomist memiliki peran krusial
sebagai jembatan antara inovasi dan penerapan di lapangan. Mereka tidak hanya
bertanggung jawab untuk mengedukasi petani mengenai solusi perlindungan
tanaman, tetapi juga harus memastikan bahwa teknologi tersebut benar-benar
diterapkan dengan baik. Namun, meyakinkan petani untuk mencoba produk baru
sering kali menjadi tantangan besar.
Salah satu kendala utama adalah keterbatasan kepercayaan
petani terhadap inovasi yang belum mereka coba sendiri. Banyak petani lebih
mengandalkan pengalaman pribadi atau rekomendasi dari sesama petani
dibandingkan klaim perusahaan. Dalam situasi ini, kemampuan agronomist untuk
bercerita—atau lebih tepatnya, menjadi storyteller—dapat menjadi pembeda
utama dalam membangun kepercayaan dan mendorong adopsi inovasi pertanian.
Tantangan dalam Mempersuasi Petani
Agronomist sering kali menghadapi berbagai hambatan dalam
memperkenalkan produk perlindungan tanaman, di antaranya:
- Skeptisisme
Petani terhadap Produk Baru - Banyak petani ragu mencoba produk baru,
terutama jika mereka belum melihat bukti nyata efektivitasnya. Jika
agronomist hanya memberikan presentasi berbasis spesifikasi teknis tanpa
menunjukkan manfaat yang nyata, kepercayaan sulit terbentuk.
- Kurangnya
Presentasi yang Efektif - Presentasi yang monoton dan kurang
terstruktur sering kali menjadi hambatan dalam meyakinkan petani. Tanpa
elemen emosional dan cerita yang menarik, pesan yang disampaikan bisa
kehilangan efeknya.
- Kesalahan
dalam Aplikasi Produk - Meski produk memiliki efektivitas tinggi,
hasil akhirnya sangat bergantung pada penerapan yang benar. Jika petani
salah dalam dosis, waktu aplikasi, atau teknik penyemprotan, efektivitas
bisa berkurang drastis—dan ini dapat menciptakan persepsi negatif terhadap
produk tersebut.
- Persaingan
yang Ketat di Pasar - Dengan banyaknya produk yang memiliki efikasi
serupa, agronomist harus mampu membedakan solusi mereka dari yang lain. Di
sinilah storytelling dapat menjadi alat yang ampuh untuk memperkuat posisi
merek di benak petani.
Storytelling sebagai Alat Persuasi
Dalam bukunya Persuasion Code, Christophe Morin dan
Patrick Renvoise menguraikan bahwa persuasi yang efektif harus mampu menyentuh otak
primal—bagian dari otak manusia yang bereaksi terhadap emosi, insting
bertahan hidup, dan pengalaman konkret. Dengan menerapkan teknik storytelling,
agronomist dapat membuat presentasi yang lebih menarik dan berdampak. Berikut
adalah langkah-langkah yang dapat digunakan:
1. Memulai dengan Grabber yang Menggugah Emosi
Pendekatan terbaik dalam storytelling adalah membuka
presentasi dengan skenario yang menggugah perasaan. Misalnya:
"Bayangkan jika musim tanam Anda berjalan lancar,
tetapi mendekati panen, penggerek batang menyerang dan menghancurkan harapan
Anda. Apa yang akan terjadi jika 50% hasil panen hilang dalam seminggu?"
Dengan menciptakan “minidrama” yang relevan dengan
pengalaman petani, agronomist dapat menarik perhatian dan membangun urgensi.
2. Mengidentifikasi Tantangan Petani secara Konkret
Alih-alih langsung memperkenalkan produk, penting untuk
menggali dan mengartikulasikan permasalahan yang dihadapi petani. Sebagai
contoh:
"Kita semua tahu bahwa penggerek batang adalah
ancaman serius bagi tanaman padi, baik di fase vegetatif (sundep) maupun
generatif (beluk). Jika tidak dikendalikan dengan tepat, hasil panen bisa turun
drastis."
Menggambarkan masalah secara rinci dengan data atau studi
kasus akan membantu petani merasa bahwa agronomist memahami tantangan mereka.
3. Menyajikan Solusi dengan Narasi yang Melekat
Setelah membangun konteks permasalahan, agronomist bisa
menjelaskan bagaimana produk mereka bekerja, tetapi dengan pendekatan berbasis
cerita, bukan sekadar spesifikasi teknis.
Sebagai contoh, untuk memperkenalkan Incipio,
insektisida inovatif dari Syngenta, narasi bisa dikembangkan seperti ini:
"Saat menghadapi serangan penggerek batang, kita
membutuhkan solusi yang bukan hanya efektif, tetapi juga tahan lama. Incipio
dirancang dengan teknologi Plinazolin, yang memberikan perlindungan hingga 21
hari dan tetap bekerja meskipun terkena hujan. Artinya, setelah aplikasi
pertama, petani dapat lebih tenang tanpa harus khawatir tentang efikasi yang
menurun."
Dengan menggunakan kalimat yang berfokus pada manfaat dan
dampak nyata, agronomist dapat lebih mudah membangun kepercayaan petani.
4. Menggunakan Bukti Nyata (Proof of Gain) untuk
Meningkatkan Kredibilitas
Data dan testimoni sangat penting dalam memperkuat klaim.
Misalnya:
"Pak Budi, seorang petani di Kabupaten X, mencoba
Incipio di 10 hektar lahannya. Hasilnya? Tingkat serangan penggerek batang
turun dari 40% menjadi hanya 5%, dan hasil panen naik 10%."
Jika memungkinkan, agronomist juga bisa menunjukkan foto
sebelum dan sesudah penggunaan produk untuk memberikan bukti visual yang lebih
kuat.
5. Mengantisipasi Keberatan dan Menjawab dengan Objection
Reframe
Petani mungkin memiliki keberatan sebelum mencoba produk
baru, misalnya:
- "Bagaimana
jika hujan turun setelah penyemprotan?" Jawaban: "Incipio
telah dirancang dengan formulasi yang tahan hujan, sehingga tetap efektif
meskipun terguyur air."
- "Mengapa
saya harus mengganti produk yang sudah saya pakai selama ini?" Jawaban:
"Teknologi baru dalam Incipio memberikan perlindungan lebih lama
dan membantu mencegah resistensi hama."
Dengan mempersiapkan jawaban atas potensi keberatan,
agronomist dapat memastikan bahwa pesan mereka tetap kuat.
Kesimpulan: Storytelling sebagai Keterampilan Esensial
bagi Agronomist
Di era persaingan yang semakin ketat, agronomist tidak hanya
perlu memiliki pengetahuan teknis yang kuat, tetapi juga keterampilan
komunikasi yang efektif. Menggunakan storytelling sebagai alat persuasi dapat
membantu mereka:
- Membangun
kepercayaan dengan petani melalui presentasi yang lebih menarik dan
relevan.
- Menyampaikan
informasi teknis dalam bahasa yang lebih mudah dipahami.
- Meningkatkan
adopsi produk dengan membangun urgensi dan menawarkan solusi yang
jelas.
Dengan menerapkan strategi komunikasi berbasis cerita,
agronomist dapat memperkuat peran mereka sebagai mitra tepercaya bagi
petani—dan pada akhirnya, membantu meningkatkan produktivitas pertanian secara
berkelanjutan.

Comments
Post a Comment